Hasrat Kemerdekaan Indonesia

Jumat, 16 Agustus 2013

Hasrat Kemerdekaan Indonesia





17 Agustus tahun ini ini jatuh pada Moment Idul Fitri yang jatuh pada hari sabtu dimana 12 agustus 2 tahun belakangan jatuh di bulan ramadhan

Tiba-tiba muncul harapan: barangkali di dalam bulan ini dua semangat itu—Idul Fitri dan kemerdekaan,
 akan menyatu ke dalam merah darah kita untuk  saling memperarat tali persaudaraan dan memerangi korupsi. 


Bagi saya, hasrat pertama nasionalisme di masa sekarang haruslah tentang memberantas korupsi. Sebabnya sederhana dan lurus-langsung: korupsi mengancam semangat dasar berbangsa dan bernegara, serta desire d’etre ensemble atau hasrat untuk bersama.

Korupsi bukan soal kecil atau besar. Ia juga bukan pencurian biasa, melainkan pencurian kekayaan bersama yang dikumpulkan dengan susah payah melalui pajak dan pendapatan dari kekayaan alam kita.  Pajak adalah ekspresi dari hasrat untuk bersama itu, karena ia mewakili solidaritas untuk memberi secara berbeda-beda, tetapi mengharapkan balasan berupa barang dan pelayanan umum yang merata.

Korupsi itu mencuri dari khazanah yang suci – yang merupakan hati dari kehidupan bersama itu.

Hasrat kedua terpenting di moment Idul Fitri  dan 17 Agustus ini bagi saya adalah: membangun kota yang baik. Sebab, di kotalah masa depan hasrat kebersamaan kita harus diwujudkan, kalau tidak negeri akan hancur. Gejala yang tidak akan berbalik adalah bahwa makin banyak bagian dari bangsa Indonesia akan hidup di dalam kota yang ada atau di dalam kondisi perkotaan.

Kota kita kini rusak, dan tidak mungkin baik di masa depan apabila semangat Ramadan dan 17 Agustus tidak menyatu untuk memberantas korupsi.

Dan, kota adalah asal usul nasionalisme kita. Kalau tidak tinggal di kota Bandung, Soekarno mungkin tidak mengembangkan pemikirannya. Begitu juga Cokroaminoto di kota Surabaya. Kemerdekaan kita juga direbut di kota-kota.

Pemberontakan pertama pada tahun 1917 terjadi di angkatan laut pemerintah kolonial Belanda, disulut oleh Indies Social Democratic Party (cikal bakal Partai Komunis Indonesia). Surabaya juga mengalami episode penting lainnya: peristiwa 10 November 1945. Ini perang bersenjata berskala besar pertama antara Republik Indonesia dan tentara asing setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Serangan umum ke Jogjakarta pada 1 Maret 1949 punya makna dalam karena tentara kita membuktikan mereka mampu menguasai kota, bukan hanya bersembunyi di hutan dan pedesaan.

Menjelang 17 Agustus: secara sederhana, perang-kota kita di masa depan adalah perang melawan korupsi, agar dapat membangun kota yang baik untuk memenuhi hasrat kebersamaan kita. Kota yang dapat mendukung kebersamaan adalah kota yang memiliki fasilitas umum yang nyaman dan dapat dimanfaatkan semua.

Sebuah kota yang mendukung kesejahteraan masing-masing, dan meningkatkan interaksi sosial antara warga.



 Hasrat Ketiga tentu tak kalah hebat nya dengan memberantas korupsi yaitu mempererat tali persaudaraan yang belakangan mulai ada jarak dan banyak konflik yang terjadi. Maka dengan moment idul fitri kala baiknya kita mempererat tali persaudaraan , bukan hanya sesama agama namun semua elemen bangsa harus bersatu tanpa perbedaan yang berarti.

0 komentar :

Posting Komentar